Apa Itu Sanitary Landfill?

Sanitary Landfill adalah jenis pengolahan sampah padat yang hingga saat ini banyak dipergunakan berbagai negara dalam manajemen pengelolaan sampah. Salah satu negara yang masih banyak bergantung pada tehnik ini adalah Indonesia.

Indonesia memiliki Undang-Undang no 18 tahun 2008 yang mewajibkan setiap kota atau kabupaten di seluruh Indonesia menggunakan tehnik sanitary landfill. Di dunia pertama kali sistem ini diterapkan sekitar tahun 1912 dan masih dipergunakan hingga saat ini.

Seperti apa sebenarnya pengelolaan sampah dengan tehnik yang juga disebut sebagai Pembuangan Sampah Terbuka (Open Dujmping System) ini?

Apa itu Sanitary Landfill?

Sebuah lahan dipersiapkan secara khusus untuk menampung berbagai limbah atau sampah yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupannya.
Di dalam lahan ini, sampah tersebut akan ditumpuk setingg 1-3 meter sebelum kemudian dipadatkan dengan alat-alat berat seperti buldozer. Setelah menjadi sangat padat,  kemudian tumpukan sampah tersebut akan kembali ditimbun tanah. Diharapkan sampah-sampah ini akan terurai secara biologis setelah beberapa puluh tahun.
Secara teori sebuah lahan perlu dipersiapkan secara khusus untuk menjadi sebuah Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Biasanya lahan yang dipergunakan adalah lahan yang kurang bernilai dan jauh dari pemukiman agar baunya tidak tercium oleh masyarakat. Selain itu akan disiapkan saluran pembuangan berupa pipa agar berbagai kotoran atau limbah hasil dari proses pembusukan.

Keuntungan menggunakan tehnik Sanitary Landfill

MURAH dan MUDAH.
Itu adalah kata kunci mengapa tehnik ini masih banyak dipergunakan hingga saat ini. Tidak memerlukan terlalu banyak infrastruktur tambahan karena sampah hanya akan ditimbun dan digilas. 
Tidak perlu ada berbagai proses rumit. 

Kelemahan Sanitary Landfill

1. Gas Rumah Kaca

Karena sistemnya sampah diletakkan dalam ruang terbuka (meski sudah ditimbun dengan tanah), sistem ini akan menghasilkan gas Metana yang merupakan salah satu gas Rumah Kaca.
Gas metana juga berbahaya karena bila konsentrasinya terlalu tinggi dan tidak bisa keluar ke ruangan terbuka dapat menyebabkan ledakan. Kasus ini pernah terjadi di TPA Leuwigajah yang akhirnya mengambil korban jiwa.
(Baca Juga : Efek Rumah Kaca)

2. Pencemaran tanah

Sampah yang ada di sebuah lahan TPA tidak semuanya adalah sampah organik dan bisa berubah menjadi unsur hara ketika terurai.

Plastik, besi, kertas karton dan masih banyak lainnya akan terurai tetapi hasil penguraian di dalam tanah tersebut menghasilkan bahan-bahan yang berbahaya. Otomatis kehadiran zat-zat berbahaya ini akan merusak tanah di lahan yang menjadi tempat pembuangan.

3. Pencemaran Air Tanah

Bahan-bahan yang terurai dari sampah-sampah itu juga akan merembes terus ke dalam tanah. Pada akhirnya zat-zat berbahaya juga berpotensi mencemari sumber air tanah yang berada di bawah tanah yang dipergunakan sebagai tempat pembuangan.

4. Bau menyengat

Sebuah TPA yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk akan menyebarkan bau menyengat . Dengan bantuan angin, bau yang menusuk hidung tersebut bisa tercium sejauh beberapa kilometer dari tempat asalnya.

Apalagi belakangan ini kebutuhan akan lahan membuat banyak pemukiman menjadi semakin dekat dengan TPA.

5. Sumber penyakit

Kemungkinan terkena penyakit bagi masyarakat yang berada di dekat TPA sangat besar. Bukan hanya karena terkena polusi udara atau minum air yang tercemar, tetapi juga karena lalat, tikus dan binatang lainnya. Mereka biasa berkeliaran di tempat-tempat ini dan kemudian membantu penyebaran bibit penyakit ketika memasuki wilayah pemukiman warga.

6. Merusak infrastruktur

Sampah dari kota biasanya akan diangkut sekaligus dengan truk-truk bertonase besar. Tujuannya selain efisiensi dalam biaya, juga agar sampah sesegara mungkin menghilang dari pemukiman.

Besarnya tonase akan memberikan pengaruh pada jalanan yang dilewatinya. Semakin sering dilewati truk bertonase besar, semakin cepat pula kemungkinan timbul kerusakan pada sarana jalan yang dilaluinya.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan inilah di beberapa negara maju, tehnik Sanitary Landfill biasanya digabungkan dengan beberapa tehnik lainnya. Salah satu yang mulai umum digunakan adalah dengan mendirikan pembangkit tenaga listrik yang memanfaatkan gas metana yang dihasilkan dalam proses penguraian.

Dengan begitu, selain sampah berkurang , gas rumah kaca terbakar habis, juga ada energi yang dihasilkan. Salah satu negara yang sudah merubah sampah menjadi energi adalah Swedia. Negara ini bahkan mengimpor sampah ratusan ribu ton untuk mencukupi beberapa pembangkit listrik tenaga sampahnya.

Sayangnya di Indonesia, bahkan proses Sanitary Landfill yang ideal sekalipun belum dijalankan. Masih banyak TPA yang hanya menjadi tempat penumpukan sampah dan akhirnya menyebabkan berbagai masalah.