Perang Melawan Sedotan Plastik – Nicole Nash Last Straw on The Great Barrier Reef

Perang Melawan Sedotan Plastik -  Nicole Nash Last Straw on The Great Barrier Reef

Terdengar mengada-ada dan banyak orang Indonesia mungkin akan menertawakan. Tetapi, itulah yang dilakukan oleh seorang ahli kelautan muda asal Queensland, Australia bernama Nicole Nash.

Ia menyatakan perang terhadap sedotan plastik dengan mengadakan gerakan “The Last Straw on The Great Barrier Reef” (Sedotan terakhir di Great Barrier Reef).

Great Barrier Reef adalah salah satu kekayaan alam di perairan Australia berupa bentangan koral alami sepanjang kurang lebih 2300 kilometer dan terdiri dari lebih 900 pulau karang. Keindahannya sudah terkenal di seluruh dunia dan didatangi ratusan ribu wisatawan setiap tahunnya. Karang Penghalan Besar, kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, adalah bentangan karang terbesar di seluruh dunia.

Ketenarannya itulah yang membawa “bencana” bagi sang karang besar ini. Kebiasaan manusia masa sekarang yang susah minum kalau tidak menggunakan sedotan plastik telah menghadirkan masalah tersendiri bagi ekosistem disana.

Mayoritas pengguna sedotan plastik akan membuangnya seenaknya ke pasir pantai atau ke lautan. Dan, jumlahnya tidaklah kecil. Di Australia saja, setiap harinya ada 10 juta sedotan plastik yang dibuang setiap harinya. Jumlah ini sudah besar tetapi sebenarnya masih kecil sekali karena Amerika Serikat menggunakan 500 juta sedotan setiap hari. Jumlah ini kalau disambung-sambung sama dengan 2 1/2 kali keliling bumi (setiap hari).

Sebuah masalah yang sangat besar.

Banyaknya sedotan plastik yang dibuang saat berwisata ke laut menimbulkan masalah bagi para hewan. Penyu dan banyak hewan laut lainnya mengira bahwa sedotan plastik adalah makanan, terutama karena warnanya yang mencolok. Hasilnya, hewan-hewan itu keracunan dan bahkan tercekik saat menelan sedotan plastik.

Ketika hewan-hewan itu mati pun tidak lantas membuat bahaya sedotan plastik berkurang. Di saat hewan laut membusuk, sedotan plastik, yang susah terurai secara biologis, akan terlepas kembali ke laut dan bisa menyebakan kematian bagi hewan lainnya.

Sedotan plastik merusak lingkungan dan alam di Great Barrier Reef.

Itulah yang menjadi alasan Nicole Nash mendirikan gerakan ini. Ia mendorong semua pihak yang terkait dengan Great Barrier Reef, baik pemerintah atau pengelola kegiatan wisata disana untuk menandatangani “sumpah” untuk tidak menggunakan/menyediakan sedotan plastik disana.

Ia berpandangan bahwa sedotan plastik tidak diperlukan manusia untuk minum, kecuali untuk sesutu yang berkaitan dengan medis. Manusia bisa minum langsung dari gelas tanpa harus menggunakan sedotan plastik.

Kampanyenya mendapat respon dari banyak pihak secara positif. Mereka memiliki kekhawatiran yang sama bahwa keteledoran manusia dalam menggunakan sedotan plastik akan membawa banyak dampak buruk di kemudian hari bagi alam. Tidak heran lebih dari 30 pengelola kegiatan wisata di Great Barrier Reef sudah menandatangai “sumpah” tidak menggunakan dan menyediakan sedotan plastik dalam kegiatan mereka.

Silakan kunjungi blog The Last Straw on Great Barrier Reef di sini.

Terdengar lucu dan tidak masuk akal, tetapi respon dari banyak pihak di sana menunjukkan bahwa apa yang dikampanyekan Nicole Nash tidaklah mengada-ada. Bahaya sedotan plastik itu nyata bagi alam dan lingkungan.

Maukah Anda mengurangi pemakaian sedotan plastik dalam kehidupan? Untuk membantu lingkungan, toh sebenarnya memang manusia bisa minum langsung dari gelas atau botol langsung kok. Iya kan?

Website | + posts