Seperti apa mentalitas egois? Mungkin sebuah gelas plastik yang sudah tandas isinya bisa memberikan gambaran tentang hal itu. Gelas plastik ini ditinggalkan begitu saja di atas tembok stasiun Gondangdia, sore ini.
Yang meminum isinya mungkin terburu-buru dan memilih segera bersiap naik kereta daripada berjalan kurang dari 10 detik ke tempat sampah yang berada kurang dari 5 meter dari tembok tersebut. Ia memilih untuk bergegas dan meninggalkan begitu saja gelas plastik tersebut.
Egois?
Ya, sangat egois. Ia tidak berpikir bahwa hal itu menambah pekerjaan petugas kebersihan di stasiun. Ia tidak peduli bahwa gelas tersebut mengotori stasiun. Ia tidak berpikir bahwa mungkin saja gelas plastik itu menyebabkan kecelakaan karena ada yang terpeleset.
Ia berpikir bahwa kehidupannya lebih penting dari orang lain dan merasa berhak meninggalkan sesuatu yang tidak berguna bagi dirinya untuk dibersihkan orang lain.
Ia tidak berpikir bahwa semua manusia punya kewajiban untuk membantu menjaga kebersihan lingkungan stasiun meskipun sudah ada petugas kebersihan disana.
Gelas plastik itu menunjukkan sifat egois dari orang yang membeli dan meminum isinya.
Dan, sayangnya banyak orang seperti itu di Indonesia (dan mungkin dunia).
Mereka tidak peduli bahwa apa yang dilakukannya akan merugikan orang lain. Jangan harap mereka berpikir tentang kerusakan lingkungan yang menyusahkan generasi mendatang, kalau memikirkan untuk tidak memperberat tugas petugas kebersihan saja tidak mau.
Itulah mengapa terkesan begitu susah untuk menjadikan Indonesia yang bersih dan ramah lingkungan ketika mengurus hal-hal kecil seperti ini saja tidak dilakukan.
Itu hanya sebuah gelas plastik saja.
Bayangkan ketika mentalitas egois itu ada dalam diri seorang pengusaha. Sebagai pengusaha ia akan terus berusaha meraup untung dan kalau ia egois, ia akan melakukan berbagai cara yang penting profit sebesar mungkin.
Itulah mengapa terjadi pembakaran hutan ntuk membuka lahan. Dengan membakarnya, pengusaha tidak perlu membayar upah buruh untuk menebang pohon . Cukup nyalakan api dan biarkan semua terbakar. Setelah semua terbakar, maka lahan akan kosong. Pengusaha bisa menghemat ongkos dan berarti keuntungan bagi dirinya lebih besar lagi.
Sifat egois seperti itu membuat sang pengusaha tidak akan peduli bahwa asapnya bisa menimbulkan penyakit pernapasan akut. Tidak peduli kalau banyak hewan di dalam hutan mati terbakar. Tidak peduli bahwa asap hasil pembakaran mengandung karbondioksida yang juga merupakan efek rumah kaca.
Begitulah hasil sifat egois.
Itulah mengapa salah satu hal yang harus diupayakan dalam menjaga lingkungan adalah membuang sifat egois dari setiap individu. Mereka harus mau menyadari bahwa egoisme akan berakibat buruk bagi manusia lain.
Semua harus mau berkorban meluangkan waktu untuk membantu, atau setidaknya melakukan sesuatu yang memang harus dikerjakan.
Seperti, membuang gelas plastik kosong ke tempat sampah, tempat seharusnya gelas itu berada setelah isinya diminum.