Benar nih mau label sebagai manusia ramah lingkungan disematkan kepada kita/ Bagaimana kalau dipikir ulang dulu. Berat! Jangan salah. Tidak mudah dan banyak sekali hambatan dan tantangannya. Salah satunya Anda bisa dipandang sebagai orang aneh.
Tidak percaya.
Beberapa waktu yang lalu, dan pagi ini juga, saya melihat ada sesuatu yang berbeda saat berjalan ke kantor. Bedanya adalah kehadiran pengguna “otopet” (iya bener, otopet yang biasa dipergunakan untuk mainan anak-anak, cuma memakai listrik/baterai) yang meluuncur di sela-sela motor dan mobil. Ada yang menyebutnya sebagai skuter listrik, tetapi saya lebih melihatnya sebagai otopet bukan skuter.
Nah, ketika mereka lewat, terlihat banyak cengiran keluar dari mereka yang kebetulan juga melihat.
Lucu mungkin bahwa ada orang “dewasa” yang menggunakannya sebagai kendaraan.
Orang aneh! Setidaknya itu istilah yang terlintas di benak mereka.
Bisa dimaklum mengingat di negara dimana sepeda motor dan mobil merupakan raja jalanan, penggunaan otopet/skuter sebagai sarana transportasi pasti masih dianggap sebagai sesuatu yang “GILA”.
Padahal, kalau dibandingkan dengan kendaraan lain, jelas sekali sang pengguna otopet tadi merupakan salah satu yang paling ramah lingkungan dan hanya kalah dibandingkan pejalan kaki (seperti saya).
Ia tidak
- mengeluarkan polutan yang mengotori udara
- menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar
- menyebabkan kemacetan karena ukurannya kecil dan artinya membantu mengurangi penyebab polusi
Sang pengguna otopet bahkan lebih ramah lingkungan dibandingkan pengguna bus sekalipun.
Dia salah satu manusia ramah lingkungan, setidaknya dalam urusan kendaraan.
Tetapi, ia dipandang aneh.
Sesuatu yang sebenarnya tidak mengherankan. Di tengah masyarakat dimana kesadaran terhadap lingkungan masih sangat rendah, tantangan terbesarnya adalah bagaimana merubah cara pandang mereka.
Bagi kebanyakan anggota masyarakat Indonesia, kendaraan itu harus sepeda motor atau mobil. Sepeda, yang dari dulu merupakan kendaraan saja, mulai tersingkir dan lebih dianggap sebagai alat olahraga. Apalagi otoped.
Padahal, meski seperti mainan anak-anak, tetap saja kendaraan itu bisa mengantar seseorang ke tempat tujuan. Tidak beda dengan sepeda, sepeda motor, atau mobil. Sama saja, otoped adalah kendaraan juga, yang ramah lingkungan. Hanya, memang dalam masyarakat seperti di Indonesia, pemikiran tentang itu belum bisa menembus karena masih kuatnya pemikiran kolot, tradisi, dan budaya, tentang apa itu kendaraan.
Oleh karena itu, tidak heran kalau saat ini, meski di banyak negara lain penggunaan kendaraan bermotor listrik sudah mewabah, masyarakat Indonesia tetap saja mengejar kendaraan berbahan bakar fosil, seperti mobil dan motor. Bahkan, kecenderungannya mereka lebih suka menggunakan motor besar yang bergaya walau penggunaan bahan bakarnya tinggi.
Nah, memang disitu tantangan terberatnya, yaitu merubah pola pikir dan kebiasaan masyarakatnya.
Dan, kasus si pengguna otopet ini merupakan simbol bagi betapa beratnya menggalakkan gaya hidup ramah lingkungan di Indonesia. Memang sudah banyak slogan tentang itu, tetapi penerapannya masih jauh dari ideal.
Mau coba sendiri? Tidak usah pakai otopet deh. Coba saja ketika sedang berada di tempat wisata dan Anda melihat sampah berceceran, kemudian Anda punguti saja sampah-sampah itu dan buang ke tempat sampah. Pasti akan ada mata yang memandang Anda seperti orang aneh. Bukan tidak mungkin datang dari keluarga Anda sendiri dan biasanya sambil berseru “Tidak usah, ada petugasnya nanti yang membersihkan?”
Saat itu Anda mungkin baru akan sadar betapa beratnya menjadi manusia ramah lingkungan, terutama di masa sekarang, dan lebih spesifik lagi di Indonesia.
Percayalah, tidak mudah sama sekali.
Iya mas, ramah lingkungan malah dianggap antimainstream yah
aku selalu menganggab orang2 yg suka melihat aneh ke orang yg sedang berusaha jd org yg ramah lingkungan, adalah orang yg jrg traveling. aku sering kok digituin mas. mungutin sampah org, bantuin merapikan meja di restoran fastfood dengan membuang kotak2 dan sisa makanannya, megangin sampah di tangan sampe ketemu tong sampah, orang2 banyak melihatnya aneh.
padahal yg aku lakuin semata krn aku pgn indonesiaku bisa sebersih negara2 lain yg Warga negaranya udh sangat disiplin soal ini sedari bayi mungkin. mereka pernah liat ga sih kalo negara bersih itu enaaak banget dipandang. sungai tanpa sampah itu kayak oase di saat jenuh ama kerjaan.
sedih yaaa kadang… ntahlaah sampe kapan orang2 di indonesia ini bisa sangat disiplin seperti jepang, singapur.. bahkaaan mas, aku yg baru balik dari korea utara, negara yg jauuuh lbh tertinggal dr kita, tp orang2nya super disiplin utk urusan apapun trutama kebersihan. SEDIKITPUUUN aku ga nemu sampah di negara mereka. kenapa mereka bisa, dan kita ga :(…
Kok sama sih kerjaannya, saya juga kebiasaan kalau nongkrong di Circle K buangin sampah orang lain di meja.
Yah, memang kesadaran masyarakat kita soal kebersihan lingkungan itu masih sangat rendah. Mudah-mudahan, kalau semakin banyak orang aneh seperti kita, suatu saat negara kita sama dengan Jepang.
Mari terus galakkan kesadaran lingkungan dimanapun kita berada.
Seru lho pakai itu. Sebelum dikirim ke Jawa Timur, sempat kepikiran beli satu unit, untuk dibawa saat commuter sehari-hari, sebagai mobilitas antar stasiun dan halte.
Emang seru.. tapi di Jakarta sekarang dibatasi ruang geraknya. Hanya wilayah tertentu saja yang bisa dilalui oleh skuter listrik jenis ini.
Jadi, tidak bisa lagi dipakai ke halte atau stasiun.