Gaya Hidup Ramah Lingkungan Bukan Tugas Orang Kaya Saja

Sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, walau tetap terasa mengagetkan. Hari pertama tahun 2021 mempertemukan saya pada sebuah pernyataan dari salah seorang kawan bahwa suaminya mengatakan kalau urusan zero waste, yang merupakan bagian dari hidup gaya hidup ramah lingkungan, hanyalah celotehan dari orang-orang yang kuat secara finansial.

Pandangan yang menunjukkan betapa beratnya jalan yang harus ditempuh bagi penerapan green lifestyle di Indonesia.

Seakan-akan, urusan lingkungan hanyalah bualan dari mereka-mereka yang sudah tidak lagi harus memikirkan masalah uang. Ingin rasanya mengeluarkan kata “BODOH”, tetapi saya menyadari bahwa pernyataan itu hanyalah mewakili pandangan tidak terhitung orang Indonesia terkait masalah kelestarian lingkungan.

Cara berpikir bahwa orang yang miskin dan masih bergulat dalam urusan memenuhi kebutuhan perut tidak perlu memperhatikan lingkungan adalah sebuah pola pikir yang salah besar. Kalau dianggap benar hal itu akan menjadi dasar bagi ketidaktertiban dan kerusakan yang lebih besar di masa datang.

Contoh sederhana saja, ketika pemakluman terhadap pedagang kaki lima, yang berlandaskan pada mindset yang sama, hasilnya adalah ketidaktertiban di sana sini. Pemikiran bahwa orang “kecil” dan harus diberi peluang mencari nafkah, bahkan dengan melanggar aturan sekalipun, telah membuat banyak kota semrawut dan berantakan sekali.

Kerusakan terjadi di mana-mana dan semua hanya karena landasan “orang kecil” butuh makan dan harus diistimewakan, meski mengganggu yang lain.

Hal yang sama akan terjadi terhadap lingkungan kalau pandangan seperti itu terus ada. Alam dan lingkungan akan rusak karena pemakluman terhadap usaha manusia mencari nafkah. Perusakan akan terus berlangsung kalau urusan menjaga lingkungan hanya dianggap sebagai mainan orang kaya, yang sudah tidak memikirkan urusan perut.

Pandangan “merusak” yang seharusnya sudah diafkir karena contoh kerusakan yang dihasilkannya sudah terlihat dimana-mana.

Urusan lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Semua orang harus ikut kalau tidak mau kerusakan itu terus berlangsung dan pada akhirnya merugikan generasi mendatang. Tidak peduli kaya atau miskin, semua harus berupaya sebaik mungkin untuk menjalankan usaha mengarah ke gaya hidup ramah lingkungan.

Seseorang yang rumahnya kecil bukan berarti tidak perlu berpikir soal urusan lingkungan. Sama halnya dengan orang kaya, mereka tidak berarti memiliki privilege untuk bisa seenak udelnya. Semua punya kewajiban yang sama.

Memang tidak bakalan mudah karena pola pikir masyarakat Indonesia yang masih selalu berpihak kepada “orang kecil” dan “orang besar”. Orang kecil (miskin) harus diberi pemakluman untuk setiap usahanya dalam memenuhi kebutuhan hitup. Orang “besar bin kaya” harus diperlakukan spesial karena mereka punya uang dan status.

Lalu, siapa yang harus mengurus lingkungan?

Tidak akan mudah perjalanan menuju masyarakat Indonesia yang ramah lingkungan, tetapi hal itu tetap harus diperjuangkan.

Langkah awalnya bisa dilakukan dengan mengatakan bahwa masalah lingkungan adalah “urusan kita”, bukan urusan dia atau kamu saja. Dengan begitu kesadaran bahwa gaya hidup ramah lingkungan akan terbangun.

Buang pemikiran kalau urusan ini hanya urusan orang kaya saja karena terus terang pandangan seperti itu mencerminkan kesempitan berpikir dan sudah terbukti menghasilkan kerusakan yang besar.